I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Informasi
mengenai permukaaan bumi dapat diketahui dengan metode penginderaan jauh (remote sensing). Penginderaan jauh
berorientasi pada teknologi satelit sebagai wahana pembawa sensor penginderaan
jauh tersebut. Salah satu jenis satelit yang membantu dalam proses penginderaan
jauh yaitu landsat.
Data
penginderaan jauh dapat berupa data digital atau data numerik untuk dianalisis
dengan menggunakan komputer. Selain itu, data yang diperoleh dapat berupa data
visual yang dibedakan lagi menjadi citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image). Citra foto
adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera sedangkan
citra non-foto adalah gambaran yang dihasilkan dengan menggunakan sensor bukan
kamera. Data penginderaan jauh selanjutnya akan diolah guna memperoleh
informasi yang diinginkan, seperti luas suatu lahan perkebunan.
Peningkatan
kebutuhan terhadap aplikasi citra yang demikian pesat harus pula didukung oleh
suatu pengolahan data citra. Pengolahan data citra bertujuan untuk kepentingan
analisis citra, seperti untuk membedakan kategori lahan dalam suatu wilayah.
Oleh karena itu, dibutuhkan software
pengolah data citra, salah satunya adalah ER
Mapper.
ER Mapper berfungsi
sebagai pengolah citra, termasuk citra satelit penginderaan jauh. Pada tahap
prosedur kerja dalam ER Mapper,
dikenal istilah klasifikasi terpantau (supervised
classification) dan juga klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification). Klasifikasi terbimbing mengidentifikasi
dan mengklasifikasi piksel-piksel melalui training
area sedangkan pada klasifikasi tidak terbimbing pengelompokan
piksel-piksel melalui analisa cluster.
Cara
pengoperasian ER Mapper penting untuk
dipelajari guna memperoleh informasi yang diinginkan. Berdasarkan hal tersebut,
praktikum mengenai ER Mapper
dilakukan guna mengetahui cara pengoperasian ER Mapper untuk mengetahui luas suatu lahan berdasarkan proses klasifikasi
terbimbing menggunakan data citra
satelit Landsat TM 5.
1.2 T ujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui peta yang terbentuk dari kombinasi
warna band 543, mampu mengoperasikan ER Mapper dalam proses pengklasifikasian
terbimbing, dan mengetahui ciri Kecamatan Biringkanaya berdasarkan jenis
penutupan lahan yang terdapat di kecamatan tersebut.
Sedangkan
kegunaan dalam praktikum ini adalah diharapkan
dapat dijadikan sebagai pelengkap dan sebagai koleksi perbedaharaan luas
penutupan dan peta rujukan tata guna lahan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penginderaan
Jauh (Remote Sensing)
Penginderaan
jauh (remote sensing) adalah seni dan
ilmu untuk mendapatkan informasi tentang objek, area atau fenomena melalui
analisa terhadap data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung dengan objek, daerah ataupun fenomena yang dikaji. Metode penginderaan
jauh merupakan pengukuran dan pengambilan data spasial berdasarkan perekaman
sensor pada perangkat kamera udara, scanner,
atau radar. Contoh hasil perekaman yang dimaksud adalah citra (Imron, 2013) .
Prinsip
perekaman oleh sensor dalam pengambilan data melalui metode penginderaan jauh
dilakukan berdasarkan perbedaan daya reflektansi energi elektromagnetik
masing-masing objek di permukaan bumi. Daya reflektansi yang berbeda-beda oleh
sensor akan direkam dan didefinisikan sebagai objek yang berbeda yang dipresentasikan
dalam sebuah citra (Imron, 2013) .

Gambar 1. Proses Perekaman Permukaan
Bumi oleh Sensor Penginderaan Jauh
Sumber: Imron, 2013.
Gelombang
elektromagnetik yang dipantulkan permukaan bumi akan melewati atmosfer sebelum
direkam oleh sensor. Awan, debu, atau partikel-partikel lain yang berada di
atmosfer akan membiaskan pantulan gelombang ini. Atas dasar pembiasan yang
terjadi, sebelum dilakukan analisa terhadap citra diperlukan kegiatan koreksi
radiometrik (Imron, 2013) .
Telah
dijelaskan sebelumnya bahwa daya reflektansi yang berbeda-beda oleh sensor akan
direkam dan didefinisikan sebagai objek yang berbeda yang dipresentasikan dalam
sebuah citra. Citra memiliki defenisi yaitu berupa gambaran yang terekam oleh
kamera atau sensor lainnya. Defenisi lain dari citra adalah gambaran objek yang
dibuahkan oleh pantulan atau pembiasan sinar yang difokuskan dari sebuah lensa
atau cermin (Imron, 2013) .
Menurut
Kurniawan, Apriani, & Heptani (2010), data penginderaan jauh berdasarkan
jenis produk datanya dapat dibagi menjadi:
a.
Citra foto, adalah gambaran yang
dihasilkan dengan menggunakan sensor kamera. Citra foto dapat dibedakan
berdasarkan atas spektrum elektromagnetik, sumber sensor, dan sistem wahana
yang digunakan. Berdasarkan sistem wahana yang digunakan yaitu foto udara
adalah foto yang dibuat dari pesawat udara atau balon dan foto satelit atau
foto orbital adalah foto yang dibuat dari satelit.
b.
Citra non-foto, adalah gambaran yang
dihasilkan dengan menggunakan sensor bukan kamera.
Teknologi
penginderaan jauh memiliki manfaat yang luas di beberapa aspek. Beberapa contoh
manfaat dalam aplikasi penginderaan jauh adalah sebagai identifikasi penutupan
lahan (landcover). Selain itu,
penginderan jauh juga berfungsi dalam identifikasi dan monitoring pola perubahan lahan, serta manajemen dan perencanaan
wilayah (Kurniawan, Apriani, & Heptani, 2010) .
2.2 Landsat 5 TM
Satelit
landsat 5 diluncurkan pada 1 Maret
1984, sekarang ini masih beroperasi pada orbit kutub yang mempunyai resolusi
spasial 30 m x 30 m. Landsat 5
mempunyai kemampuan untuk meliput daerah yang sama pada permukaan bumi pada
setiap 16 hari. Landsat dilengkapi
dengan peralatan pemindai MSS (multi
spectral scanner) dan TM (thematic
mapper). MSS adalah sebuah sensor yang dirancang untuk mengamati radiasi
matahari, yang tercermin dari permukaan bumi dalam empat band spektral yang berbeda, menggunakan kombinasi dari sistem optik
dan sensor. TM mengamati permukaan bumi dalam tujuh band spektral yang berkisar dari sinar tampak sampai ke daerah inframerah
termal. TM dirancang untuk mendapatkan citra dengan resolusi yang tinggi,
pemisahan spektral yang tegas, meningkatkan konsistensi geometrik, ketepatan
radiometrik dan resolusi yang lebih tinggi dari sensor MSS (Papilaya, 2013) .
Tabel 1.
Karakteristik Band pada Landsat 5TM

Sumber: Papilaya, 2013.
Citra
khususnya landsat, tersusun atas
beberapa saluran (band), dengan basis
warna dasar (merah, hijau, biru). Warna tersebut dapat dikombinasikan pada
saluran warna dasar, yang nantinya akan menonjolkan informasi tertentu diinginkan.
Kombinasi band digunakan untuk
mewakili gambar dalam warna alami dan oleh karena itu pendekatan terbaik
penampilan dari lanskap dalam kenyataan (Papilaya, 2013) .
Menurut
Papilaya (2013), kombinasi-kombinasi citra yaitu sebagai berikut:
a.
Kombinasi 321
Kombinasi
ini merupakan warna alami sehingga merupakan pendekatan terbaik untuk melihat
realitas lanskap. Saluran 3 mendeteksi penyerapan klorofil, saluran 2
mendeteksi reflektan hijau dari vegetasi dan saluran 1 cocok untuk penetrasi
air, pada perairan jernih bisa masuk sekitar 25 meter, dengan kata lain juga
dapat mendeteksi transportasi sedimen di perairan. Saluran 1 juga membedakan tanah
dan vegetasi serta tipe hutan.
b.
Kombinasi 432
Tipikal
kombinasi komposit false color seperti
di foto udara. Saluran 4 mendeteksi puncak pantulan dari vegetasi, juga
membedakan tipe vegetasi, selain membedakan tanah dan perairan. Kombinasi ini
menampilkan vegetasi berwarna merah, merah yang lebih terang menandakan
vegetasi yang lebih dewasa. Tanah dengan sedikit atau tanpa vegetasi antara
putih (pasir atau garam) sampai hijau atau coklat tergantung kelembapan dan
kandungan organik. Air nampak biru, perairan jernih akan terlihat biru gelap
atau hitam sedangkan perairan dangkal atau air dengan konsentrasi sedimen
tinggi akan nampak biru muda. Area permukiman berwarna biru kecoklatan .
c.
Kombinasi 453
Saluran
5 sensitif akan variasi kandungan air, vegetasi berdaun banyak dan kelembapan
tanah. Saluran ini mencirikan tingkat
penyerapan air yang tinggi, sehingga memungkinkan deteksi lapisan air yang
tipis (kurang dari 1 cm). Pada kombinasi
ini, vegetasi berwarna kemerahan, ketika tanaman mempunyai kondisi kelembapan
yang sedikit rendah, tingkat pantulan saluran 5 relatif tinggi, yang berarti
semakin banyak warna hijau, sehingga menghasilkan warna oranye.
d.
Kombinasi 742
Vegetasi
memperlihatkan variasi kehijauan dikarenakan saluran 4 direpresentasikan dengan
warna hijau. Saluran 7 sensitif terhadap variasi kelembapan dan khususnya
mendeteksi mineral hidro pada setting
geologi, contohnya lempung. Saluran ini dapat membedakan berbagai macam batuan
dan tipe mineral. Perbedaan asal usul dari berbagai tipe batuan
direpresentasikan dengan warna merah menuju oranye dan juga warna yang lebih
terang pada warna biru dapat memberikan informasi kepada kita mengenai tanah.
Dibandingkan saluran inframerah lainnya. Titik hijau terang mengindikasikan
vegetasi dan perairan nampak berwarna biru gelap atau hitam. Daerah permukiman
berwarna biru gelap atau merah muda.
e.
Kombinasi 451
Vegetasi
sehat terlihat kemerahan, coklat, oranye dan kuning. Tanah mungkin hijau dan
coklat, pemukiman putih, cyan, dan
abu-abu, biru terang merepresentasikan area yang dibersihkan dari vegetasi dan
area kemerahan merupakan vegetasi yang baru tumbuh, atau padang rumput yang
jarang. Perairan yang jernih dan dalam akan berwarna hitam, jika perairan
dangkal atau mengandung sedimen maka akan terlihat kebiruan atau biru terang.
Saluran 4 dan 5 menunjukkan pantulan tinggi untuk area vegetasi sehat.
Kombinasi ini sangat berguna untuk membandingkan area terendam dan area
bervegetasi merah dengan warna yang berkaitan di saluran 321 untuk menjamin
interpretasi yang benar.
f.
Kombinasi 753
Kombinasi
ini memberikan pembawaan warna seperti alami dan juga kemampuan penetrasi
partikel atmosfer, asap dan kabut. Vegetasi tampak kehitaman dan hijau muda
ketika musim tumbuh, permukiman berwarna putih, abu-abu, cyan, atau ungu, pasir,
tanah dan mineral terlihat dalam berbagai variasi warna.
g.
Kombinasi 543
Kombinasi
ini memberikan pengguna banyak informasi dan kontras warna. Vegetasi sehat
berwarna hijau terang, dan tanah berwarna ungu muda. Kombinasi ini menggunakan
saluran 5 yang memberikan kita informasi pertanian. Kombinasi ini memberikan
kita informasi berguna mengenai vegetasi, dan banyak digunakan pada aplikasi
manajemen kayu dan serangan hama.
h.
Kombinasi 541
Mirp
dengan kombinasi 742, vegetasi sehat akan berwarna hijau terang, kecuali
kombinasi 541 yang lebih baik untuk studi pertanian.
i.
Kombinasi 754
Kombinasi
ini tidak melibatkan saluran tampak, memberikan kita penetrasi atmosfer yang
terbaik. Kombinasi ini dapat berguna untuk studi geologi. Pesisir dan garis
pantai terdefinisikan dengan baik. Dapat digunakan untuk mencari karakteristik tekstural
dan kelembapan tanah. Vegetasi terlihat biru.
j.
Kombinasi 351
Kombinasi ini
memperlihatkan tekstur topografi sedangkan kombinasi 731 dapat membedakan jenis
batuan.
Tabel 2. Tipe
Penutup Lahan dan Kombinasi Saluran Spektral

Sumber: Papilaya, 2013.
2.3
Klasifikasi Terbimbing (Supervised
Classification)
Klasifikasi
citra merupakan proses yang berusaha mengelompokkan seluruh piksel pada suatu
citra ke dalam sejumlah kelas. Jadi tiap kelas merepresentasikan suatu
identitas dengan properti yang spesifik. Klasifikasi citra dibagi ke dalam dua
klasifikasi yaitu klasifikasi terbimbing (supervised
classification) dan klasifikasi tidak terbimbing (unsupervised classification) (Imron, 2013) .
Klasifikasi
terbimbing merupakan proses pengelompokan piksel-piksel. Tahap ini merupakan tahap
pengidentifikasi dan pengklasifikasi piksel-piksel. Pengklasifikasian piksel
melalui training area (Indarto &
Faisol, 2010) .
Klasifikasi
terbimbing, objek citra diidentifikasi berdasarkan sampel dari perbedaan
kenampakan permukaan. Sampel tersebut ditunjukkan pada training area. Pemilihan training area ditentukan berdasarkan
pengetahuan terhadap lokasi dilapangan untuk diterapkan ke dalam citra (Imron, 2013) .
Tujuan dari proses
klasifikasi citra adalah untuk mendapatkan gambar atau peta tematik. Gambar
tematik adalah suatu gambar yang terdiri dari bagian-bagian yang menyatakan
suatu objek atau tema tertentu. Pemilihannya bergantung pada ketersediaan data
awal pada citra itu. Proses pengklasifikasian klasifikasi terbimbing dilakukan
dengan prosedur pengenalan pola spektral dengan memilih kelompok atau
kelas-kelas informasi yang diinginkan dan selanjutnya memilih contoh-contoh
kelas (training area) yang mewakili setiap
kelompok, kemudian dilakukan perhitungan statistik terhadap contoh-contoh kelas
yang digunakan sebagai dasar klasifikasi (Imron, 2013) .
2.4 ER Mapper
ER Mapper
merupakan perangkat lunak pengolah citra, termasuk citra satelit penginderaan
jauh (geographic image processing
products). Konsep pengolahan data pada ER
Mapper adalah algoritma, yang memisahkan data citra dari tahapan-tahapan
pengolahan citra (image processing).
Tahapan-tahap pengolahan citra dapat disimpan dan diedit di dalam suatu file algoritma (Rohman, 2012) .
ER Mapper didesain
khusus untuk pengolahan data kebumian, meliputi bidang kebumian (geografi,
geologi, geodesi, geofisika), bidang industri, kehutanan dan lingkungan. Keunggulan utama software ER Mapper adalah kemampuannya untuk menghemat tempat pada harddisk
komputer serta metode pengolahan data yang interaktif dimana setiap hasil
proses dapat langsung dilihat tampilannya pada monitor. ER
Mapper bermanfaat dalam bidang pemantauan lingkungan, manajemen
dan perencanaan kota dan daerah, manajemen sumber daya hutan, layanan informasi
dan manajemen pemanfaatan lahan, sumber daya eksplorasi mineral, pertanian dan
perkebunan, manajemen sumber daya air, manajemen sumber daya pantai dan laut, oseanografi
fisik, serta eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi (Rohman, 2012) .
III.
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu
dan Tempat
Praktikum
ER Mapper dilaksanakan pada hari Senin, 20 April 2015 pukul 13.00 WITA –
selesai, bertempat di Laboratorium Mekanika Fluida dan Hidrologi, Program Studi Teknik
Pertanian, Jurusan Teknologi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat
dan Software
Alat yang digunakan pada praktikum ER Mapper adalah laptop. Sedangkan software
yang digunakan pada praktikum ER Mapper adalah
ER Mapper 6.4.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur
kerja dari praktikum ER Mapper yaitu
sebagai berikut:
1. Membuka software
ER Mapper sehingga muncul tampilan dibawah ini.

2. Memilih tombol Ok untuk melanjutkan ke proses selanjutnya.

3. Memilih
simbol New untuk menampilkan lembar
kerja baru.

4. Memilih
simbol Edit Algorithm.

5. Memilih
Load Dataset > Volumes > 14
Februari 2010 > Band 5.tif > Apply this layer only sehingga
tampilan Algorithm Not Yet Saved
berubah menjadi tampilan dibawah ini.

6. Membuat
dua Pseudo Layer tambahan dengan
memilih simbol Duplicate.

7. Mengganti
nama band pada masing-masing Pseudo Layer, yaitu 5, 4, dan 3.

8. Memasukkan
data citra band 5, 4, dan 3 sesuai
dengan nama layer dengan menggunakan Load Dataset > band
sesuai dengan nama layer > Apply this layer only.

9.
Mengatur jenis layer
dengan mengklik kanan layer kemudian
menjadi red untuk layer 5, green untuk layer 4, dan blue untuk layer 3 (RGB).

10. Mengatur
Default Surface, dengan mengklik
kanan Default Surface > Red Green Blue
sehingga tampilan Algorithm Not Yet Saved
berubah menjadi tampilan dibawah ini.

11. Memilih perintah Edit > Add Vector Layer > Tabular
Data > Table of Data > Table of data shown as Circle yang terdapat
pada kotak Dialog
Algorithm.

12. Menduplikat Table
of Data as Circle sebanyak 3 kali dengan memilih perintah Duplicate dan mengubah menjadi nama-nama file citra yang akan digunakan, yaitu sawah, pemukiman, lahan kering, dan rawa
dengan mengklik dua kali Table of Data as
Cirlce.

13. Mengambil data
koordinat dari masing-masing layer dengan
memilih perintah Dynamic Link Chooser
> File Koordinat kemudian mengubah
files of type yaitu All Files > memilih jenis file yang sesuai dengan layer, lalu klik Apply.

14. Mengatur projection pada bagian coordinate system menjadi SUTM50 dengan
cara Coordinat System > Select Datum
> SUTM 50 karena Makassar berada pada zona SUTM 50.

15. Sehingga tampilan Algorithm Not Yet Saved
seperti dibawah ini.

16. Mengatur warna dari
masing-masing layer dengan perintah Edit Layer Color untuk membedakan warna
dari masing-masing area, yaitu sawah
berwarna hijau, pemukiman
berwarna merah, lahan kering
berwarna kuning, dan rawa
berwarna biru.

17. Sehingga tampilan Algorithm Not Yet Saved
seperti berikut.

18. Memilih Edit > New/Create Regions > Raster Region > Load from File > 14 Februari 2010.ers.

19. Memperbesar gambar yang
telah ditandai dengan perintah Zoom Box
Mode > Polygon, pada titik
terakhir klik dua kali sehingga polygon
menjadi tertutup.

20. Memilih Display/Edit Object Atribute, mengetik nama sesuai dengan data yang dimasukkan
sebelumnya (sawah, pemukiman, lahan kering, dan rawa). Kemudian pilih Apply >
Save as > Ok. Mengulangi kegiatan serupa pada setiap region.

21. Menghitung statistik dengan mengklik Process > Calculate Statistic
dengan mengatur Subsampling interval
= 1 dan mencentang Force recalculate
stats > Ok.

22. Kotak dialog Calculating Successfully akan muncul.

23. Mengklik Process > Classification > Supervised
Classification.

24. Memasukkan data pada Input
Data Set dengan memilih data dengan nama file.ers dan untuk output memilih
data dengan menambahkan class.ers, serta mengatur tipe
klasifikasi pada Classification Types
menjadi Maximum Likelihood Standard lalu mengklik Ok.

25. Maka akan tampil kotak
dialog Supervised Classification Finished
Succesfully.

26. Mengklik Edit > Edit Class/Region Name kemudian pilih 14 Februari 2010_class.ers sehingga
muncul tampilan dibawah ini.

27. Mengubah nama sesuai dengan warna data Region yang telah diklasifikasi lalu klik Save.

28. Menampilkan
peta klasifikasi.

29. Mengklik
View > Statistics > Show Statistics
untuk menampilkan luas area.

30. Mengklik
Display pada kotak dialog Statistics Report untuk menampilkan data
luas area.

31. Maka
akan tampil Display Dataset Statistics
yang berisi data luas masing-masing area.

IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
4.1.1 Data Citra Sebelum Klasifikasi

Gambar 2. Peta Kecamatan Biringkanaya pada Komposisi Band 543
4.1.2
Data Citra Setelah Klasifikasi

Gambar 3. Peta Klasifikasi Kecamatan Biringkanaya
4.1.3
Tabel Luas Area
Tabel 3. Luas Area
No
|
Jenis Penutupan Lahan
|
Luas (Ha)
|
1
|
No
Data
|
5878.530
|
2
|
Sawah
|
515.610
|
3
|
Pemukiman
|
1229.310
|
4
|
Lahan Kering
|
903.420
|
5
|
Rawa
|
3230.190
|
Sumber: Data primer setelah diolah, 2015.
4.2
Pembahasan
Praktikum
ER Mapper ini mengolah data citra sehingga
memberi informasi tentang kebumian. Oleh karenanya ER Mapper didesain khusus untuk pengolahan data kebumian. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Rohman (2012), bahwa ER Mapper didesain khusus untuk pengolahan data kebumian seperti geografi,
geologi, geodesi, geofisika, bidang industri, kehutanan dan lingkungan.
Data
yang digunakan dalam praktikum ini adalah data citra satelit landsat 5 TM Kecamatan Biringkanaya yang
diambil pada tanggal 14 Februari 2010. Landsat
ini memiliki warna dasar yaitu merah, hijau, dan biru (red, green, blue/RGB). Warna dasar ini dapat dikombinasikan
sehingga akan menunjukkan informasi yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Papilaya (2013), bahwa citra khususnya landsat, tersusun atas beberapa saluran (band), dengan basis warna dasar (merah, hijau, biru) dapat
dikombinasikan saluran tersebut pada saluran warna dasar, yang nantinya akan
menonjolkan informasi tertentu diinginkan.
Kombinasi
band yang digunakan dalam praktikum
ini adalah kombinasi 543. Kombinasi ini memberikan pengguna banyak informasi
berupa kontras warna yang terbentuk. Kombinasi ini menggunakan saluran 5 yang
memberikan kita informasi pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Papilaya
(2013), bahwa kombinasi 543 ini memberikan pengguna banyak informasi berupa
kontras warna yang menggunakan saluran 5 yang memberikan kita informasi pertanian
serta informasi mengenai vegetasi.
ER Mapper mengolah
data berdasarkan konsep algoritma, yang memisahkan data citra dari
tahapan-tahapan pengolahan citra (image
processing). Hal ini sesuai dengan pernyataan Rohman (2012), bahwa konsep
pengolahan data pada ER Mapper adalah
algoritma, yang memisahkan data citra dari tahapan-tahapan pengolahan citra (image processing). Dalam tahapan
pengolahan citra, dikenal dengan unsupervised
classification (klasifikasi tidak terbimbing) dan supervised classification (klasifikasi terbimbing). Pada praktikum
ini, data diproses dengan klasifikasi terbimbing.
Klasifikasi
terbimbing mengelompokkan piksel-piksel yang diperoleh melalui training area. Training area dilakukan
pada titik-titik yang diketahui koordinatnya yang dapat mewakili daerah lain
yang sejenis. Jadi, training
area dilakukan terlebih dahulu agar memperoleh sampel dari perbedaan
kenampakan permukaan yang berupa piksel. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Indarto & Faisol (2010), bahwa klasifikasi terbimbing merupakan proses
pengelompokan piksel-piksel yang diperoleh melalui training area. Sebuah piksel memiliki digital number. Pada saat diolah di ER Mapper, piksel yang memiliki digital
number yang sama dikelompokkan sehingga mewakili satu kelompok.
Peta
yang dihasilkan dari proses klasifikasi terbimbing di ER Mapper menunjukkan empat jenis area, yaitu sawah, rawa,
pemukiman, dan lahan kering. Peta tersebut memperlihatkan bahwa area lahan kering cukup luas dan tersebar di
seluruh area kecamatan. Lahan kering paling luas berada di tengah kecamatan
berupa lapangan golf. Pemukiman pada
peta ditunjukkan dengan warna merah muda. Pemukiman tersebar di seluruh wilayah kecamatan tersebut. Sawah
ditunjukkan oleh warna hijau. Sawah di kecamatan tersebut tidak terlalu luas
dan sebagian besar berada di dekat daerah perairan atau rawa. Rawa ditunjukkan
oleh daerah berwarna biru pada peta dan berada di daerah atas pada peta.
Klasifikasi ini menunjukkan bahwa Kecamatan
Biringkanaya memiliki daerah penutupan lahan yang cukup beragam. Hal ini
menunjukkan bahwa Kecamatan Biringkanaya termasuk dalam wilayah pinggiran kota
(sub urban) di Makassar. Hal ini
sesuai dengan posisi dari Kecamatan Biringkanaya yang merupakan pinggiran kota
(sub urban), sehingga masih memiliki
lahan yang kosong dan daerah persawahan.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum ER Mapper yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan:
1. Kombinasi
543 memberikan pengguna banyak informasi berupa kontras warna yang terbentuk.
Kombinasi ini menggunakan saluran 5 yang memberikan kita informasi pertanian
dan vegetasi.
2. Klasifikasi
terbimbing mengelompokkan piksel-piksel yang diperoleh melalui training area. Training area dilakukan
pada titik-titik yang diketahui koordinatnya yang dapat mewakili daerah lain
yang sejenis.
3. Kecamatan Biringkanaya memiliki daerah
penutupan lahan yang cukup beragam. Hal ini menunjukkan bahwa Kecamatan
Biringkanaya termasuk dalam wilayah pinggiran kota (sub urban) di Makassar.
5.2 Saran
Sebaiknya
data yang digunakan dalam praktikum ini beragam dalam segi lokasi pengambilan
data, yaitu pengambilan data di wilayah padat penduduk (kota) dan wilayah
pinggiran kota, agar perbedaan antara wilayah kota dan pinggiran kota dapat
dilihat secara jelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Imron, Mohammad. 2013. Pengolahan Citra.
Jakarta: Universitas Indraprasta PGRI.
Indarto
& Faisol. A. 2010. Identifikasi dan Klasifikasi Peruntukan Lahan
Menggunakan Citra ASTER. Media Teknik Sipil , 1-8.
Kurniawan,
H., Apriani, N., & Heptani, J. 2010. Remote Sensing and Satellite
Imaging. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Papilaya,
P. P. 2013. Pemilihan Kombinasi Band Citra Komposit Landsat 5 TM. Ekosains
, 77-89.
Rohman, A. S. 2012. Materi Pelatihan GIS. Yogyakarta:
Grafika Gilang Permata.
Komentar
Posting Komentar