LAPORAN PERCOBAAN
PENGETAHUAN BAHAN TEKNIK
PENGUKURAN
VISKOSITAS KARAGINAN RUMPUT LAUT EUCHEUMA
COTTONII MENGGUNAKAN VISCOMETER BROOKFIELD
NAMA : RENI PRATIWI
NIM :
G41113303

PROGRAM STUDI
KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
operasi industri banyak sekali dijumpai aplikasi penerapan prinsip aliran
fluida baik dalam saluran tertutup pada suatu pipa atau pun saluran terbuka.
Penanganan bahan fluida memerlukan pengetahuan khusus mengenai sifat-sifat
fluida tersebut agar dalam proses penagannnya tidak mengalami permasalahan atau
kerusakan pada fluida tersebut. Salah satu sifat tersebut adalah mengenai
keketalan fluida yang dikenal dengan viskositas. Pada bidang pertanian
khususnya saat proses pengolahan hasil pertanian banyak sekali bahan-bahan yang
pengelolaannya menggunakan penerapan viskositas.
Dengan
demikian pengetahuan viskositas suatu bahan sangatlah penting guna mempermudah
proses penagannya dalam melakukan suatu operasi industri. Sehingga mempelajari
mengenai viskositas ini sangat membantu mahasiswa sebagai calon sarjana teknik
pertanian dalam mempelajari sifat aliran fluida untuk diaplikasikan dalam
proses pengolahan hasil pertanian. Selain itu dengan mengetahui sifat fluida
ini, akan mempermudah praktikan dalam menentukan perlakuan pada suatu fluida
dengan memperhatikan sifat viskositas.
Bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah karaginan. Karaginan merupakan hasil ekstraksi rumput laut.
Kekentalan karaginan ini akan diukur kekentalannya
menggunakan viscometer.
B. Tujuan
dan Kegunaan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui hubungan
antara shear stress, kecepatan
putaran, dan viskositas yang dihasilkan serta jenis . Kegunaan yang diharapkan
setelah percobaan ini adalah mahasiswa mampu mengoperasikan viscometer .
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Viskositas
Viskositas
merupakan ukuran resistensi fluida terhadap aliran. Viskositas menentukan
besarnya gaya yang diperlukan agar fluida tersebut mengalir pada kecepatan
tertentu. Viskositas dapat dikatakan sebagai sebuah ukuran penolakan sebuah
fluid terhadap perubahan bentuk di bawahtekanan shear. Biasanya dikatakan
sebagai kekentalan, atau penolakan terhadap penuangan. Viskositas menggambarkan
penolakan dalam fluida kepada aliran dan dapat dipikirkan sebagai sebuah cara
untuk mengukur gesekan fluida. Air
memiliki viskositas yang rendah sedangkan pada minyak .sayur memiliki
viskositas tinggi.
Ketika
sebuah tekanan shear diterapkan kepada sebuah benda padat, badan itu akan
berubah bentuk sampai mengakibatkan gaya yang berlawanan untuk mengimbangkan,
sebuah ekuilibrium. Namun, ketika sebuah tekanan shear diterapkan kepada sebuah
fluid, seperti angin bertiup di atas permukaan samudra, fluid mengalir, dan
berlanjut mengalir ketika tekanan diterapkan. Ketika tekanan dihilangkan,
umumnya, aliran berkurang karena perubahan internal energi Aliran fluida
terjadi karena adanya gaya yang diberikan pada fluida yang menyebabkan bergerak
pada kecepatan tertentu dan besarnya gaya tergantung dari viskositas. Aliran
terjadi jika molekul-molekul fluida saling bergeseran satu sama lainnya dalam
arah tertentu pada suatu bidang datar.
Adanya
pergeseran tersebut karena adanya perbedaan kecepatan antar molekul yang
berdekatan (velocity gradient). Gradient Kecepatan (-dV/dr, Υ) disebabkan oleh
resistensi yang dikeluarkan oleh molekul fluida karena adanya gaya dan
mengakibatkan pergeseran satu molekul lebih cepat dari moekul yang lain.
Resistensi
suatu bahan untuk mengalir atau berdeformasi disebut dengan Stress atau Shear
Stress (σ). Gradient Kecepatan adalah ukuran seberapa cepat sebuah molekul
bergeser satu dengan yang lainnya, sehingga disebut juga Rate of Shear (Laju
Geser, Y).
Fluida
Newtonian mempunyai viskositas konstan dan tidak tergantung pada laju geser.
Fluida yang mempunyai karakteristik menyimpang dari sifat di atas disebut
Fluida Non-newtonian.
F/A = σ = µ
dV/dy
µ = dynamic viscosity
Satuan:
Poise ;
Pa.det ; N.det/m2
1 Poise = 100 centipoise = 10-3 Pa.det.
= 100 g/m.det = 0.1 N.det/m2
Fluida yang
mematuhi Hukum Viskositas Newton disebut fluida Newtonian
τ = µ (- )
Ï„ = tegangan geser/shear stress
µ =
viskositas fluida
dv/dy = Laju geser, laju regangan/strain atau gradien kecepatan
Seluruh gas
dan kebanyakan zat cair yang mempunyai rumus molekul yang lebih sederhana dan
berat molekul yang rendah seperti: air, benzena, ethyl alcohol, hexane dan
sebagian besar larutan dengan molekul sederhana merupakan fluida Newtonian.
Fluida yang
menyimpang dari Hukum Viskositas Newton disebut fluida Non-Newtonian.
Persamaan
Power Law Model:
Ï„ = K
(Y)n
Persamaan
Herschel-Bulkley:
τ = τo + K (Y)n
τo = Yield Stress
K = Consistency Index
n
= Flow behaviour index
Faktor-faktor
yang mempengaruhi viskositas suatu bahan, ialah:
a.
Suhu
Viskositas dan suhu memiliki perbandingan terbalik, dimana
semakin tinggi suhu maka viskositas dari bahan tersebut akan semakin tinggi.
b.
Konsentrasi
Biasanya terjadi hubungan langsung non-linier antara
konsentrasi dan viskositas suatu larutan pada suhu tertentu. Semakin besar
konsentrasi suatu bahan maka viskositasnya semakin besar.
c.
Tekanan
Viskositas pada bahan pangan tidak terlalu dipengaruhi oleh
tekanan.
d.
Berat
molekul
Terjadi hubungan langsung non-linier antara berat molekul
dan viskositas larutan pada konsentrasi yg sama.
B.
Indeks Kekentalan atau Indeks
Viskositas
Indeks
viskositas adalah perubahan nilai
viskositas akibat adanya perubahan temperatur. Perubahan ini timbul akibat
adanya perubahan ikatan molekul yang menyusun fluida tersebut. Akibatnya, apabila
sebuah fluida, misalnya minyak pelumas, dikenakan sebuah temperatur yang
berbeda, maka kekentalannya akan berubah.
Perubahan tersebut tergantung dari
sifat fisika maupun kimia fluida tersebut. Ada fluida yang jika terkena
temperatur tinggi akan semakin mengental dan ada pula yang semakin encer. Dari
hal itulah maka untuk memilih sebuah pelumas untuk sebuah mesin tidak bisa
sembarangan tetapi harus disesuaikan dengan mesin tersebut.
C.
Bingham
atau Plastic
Resisten terhadap tegangan geser
yang kecil namun akan mengalir dengan mudah bila diberikan tegangan geser awal
(τo ) yang lebih besar, contoh: Odol, Jeli, beberapa jenis slurries.
D.
Pseudoplastic
Kebanyakan
fluida non-Newtonian masuk ke dalam katagori ini. Viskositasnya menurun dengan
meningkatnya velocity gradient, contoh: larutan polymer, darah.
Pseudoplastic fluids disebut
juga sebagai Shear thinning fluids,
dimana pada tegangan geser (dV/dy) yang rendah fluida ini lebih kental
dibandingkan fluida Newtonian, dan pada tegangan geser yang tinggi akan berkurang viskositasnya.
E.
Dilatant
Viskositas fluida meningkat dengan
meningkatnya velocity gradient.
Fluida ini tidak umum ditemukan dalam industri pertanian , namun suspensi pati
memiliki karakteristik seperti ini. Fluida ini juga disebut sebagai shear thickening fluids.
F.
Bingham Pseudoplastic / Hersley-Buckley
/ Casson Type
Kombinasi
antara fluida bingham dengan pseudoplastic dimana memerlukan tegangan geser
awal untuk mulai bergerak, dan setelah
bergerak akan menurun viskositasnya sejalan dengan meningkatnya velocity
gradient.
Tergantung
dari bagaimana viskositasnya berubah karena waktu sejalan dengan
diaplikasikannya tegangan geser, fluida ini mempunyai karakteristik, sebagai
berikut:
1.
thixotropic
(time thinning, yaitu viskositasnya
menurun terhadap waktu)
2.
rheopectic
(time thickening, yaitu
viskositasnya meningkat terhadap waktu)
3. Visco-elastic
fluids Beberapa jenis fluida mempunyai sifat
elastis, yaitu akan kembali ke bentuk semula bila tegangan geser dihentikan.
G.
Karaginan
Karaginan
adalah senyawa hidrokoloid yang diekstraksi dari rumput laut merah jenis Eucheuma cottonii. Karaginan dapat
digunakan untuk meningkatkan kestabilan bahan pangan baik yang berbentuk
suspensi (dispersi padatan dalam cairan), emulsi (dispersi gas dalam cairan).
Selain itu dapat digunakan sebagai bahan penstabil karena mengandung gugus
sulfat yang bermuatan negatif disepanjang rantai polimernya dan bersifat
hidrofilik yang dapat mengikat air atau gugus hidroksil lainnya. Karena
sifatnya yang hidrofilik maka penambahan karaginan dalam produk emulsi akan
meningkatkan viskositas fase kontinyu sehingga emulsi menjadi stabil.
Karaginan
dapat berfungsi dalam industri makanan sebagai bahan pengental, pengemulsi dan
stabilisator suhu. Karaginan digunakan dalam industri makanan, kosmetik dan
tekstil. Karaginan merupakan polisakarida yang diekstraksi dari rumput laut
merah dari jenis Chondrus, Eucheuma,
Gigartina, Hypnea, Iradea dan Phyllophora. Polisakarida ini merupakan
galaktan yang mengandung ester asam sulfat antara 20 -30% dan saling berikatan
dengan ikatan (1,3): B (1,4) D glikosidik secara berselang seling. Karaginan
juga merupakan suatu campuran yang kompleks dari beberapa polisacharida. Lambda
dan Kappa karaginan secara bersama-sama dapat diekstrak dari rumput laut jenis
Chondrus crispus dan beberapa species dari Gigartina,
sedangkan lota karaginan diekstrak dari Eucheuma
cottinii .
Karaginan
merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas ester kalium,natrium, magnesium
dan kalium sulfat dengan galaktosa 3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Karaginan
adalah suatu bentuk polisakarida linear dengan berat molekul di atas 100 kDa
(Winarno 1996 ; WHO 1999). Karaginan tersusun dari perulangan unit-unit
galaktosa dan 3,6-anhidro galaktosa (3,6-AG). Keduanya baik yang berikatan
dengan sulfat atau tidak, dihubungkan dengan ikatan glikosidik 1,3 dan -1,4 secara bergantian.
Karaginan
terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matriks intraselulernya dan
karaginan merupakan bagian penyusun yang besar dari berat kering rumput laut
dibandingkan dengan komponen yang lain. Jumlah dan posisi sulfat membedakan
macam-macam polisakarida Rhodophyceae, seperti yang tercantum dalam Federal
Register, polisakarida tersebut harus mengandung 20 % sulfat berdasarkan berat
kering untuk diklasifikasikan sebagai karaginan. Berat molekul karaginan
tersebut cukup tinggi yaitu berkisar 100
800 ribu .
Karaginan
merupakan getah rumput laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi rumput laut
merah dengan menggunakan air panas (hot
water) atau larutan alkali pada temperatur tinggi.
III.
METODOLOGI PERCOBAAN
A.
Waktu dan Tempat
Percobaan pengukuran kekentatalan karaginan
rumput laut Eucheuma cottonii
dilakukan pada hari Senin, 14 Desember 2014, pukul 14.00-17.30 WITA di Gedung Teaching Industry, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
B. Alat
dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah viscometer
brookfield, water bath, hot plate, thermometer, gelas ukur, timbangan
elektronik, magnet. Sedangkan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah aquades/ air gallon, karaginan rumput
laut Eucheuma cottonii.
C.
Prosedur Percobaan
Prosedur
percobaan pengukuran kekentalan karaginan rumput laut Eucheuma cottonii adalah:
1. Menimbang karaginan masing-masing
sampel sebanyak 1 gr hingga mencapai massa 18 gr. Berarti jenis karaginan yang
digunakan adalah 18 jenis.
2. Mencampurkan karaginan dengan air
gallon ke dalam gelas ukur.
3. Memasukkan magnet ke gelas ukur. Ini
bertujuan untuk menghasilkan putaran air ketika campuran karaginan dan air
dipanaskan.
4. Memanaskan campuran air gallon dan karaginan
menggunakan hot plate.
5. Mengatur suhu dan putaran yang
digunakan dalam hot plate. Putaran
yang digunakan adalah 8 dan suhu yang digunakan disesuaikan.
6. Menunggu fluida hinggamendidih.
7. Mengukur suhu yang dicapai setelah
mendidih. Suhu yang dicapai ketika mendidih adalah 95
C.
8.
Menunggu
suhu fluida menurun hingga mencapai suhu 75
C.
9. Mengukur Kekentalan Fluida
Menggunakan Viscometer
a.
Memasang
Viscometer dengan jenis spindle yang digunakan.
b.
Memasukkan
fluida dengan suhu 75
C yang telah dibuat tadi ke sample container viscometer.
c.
Mengoperasikan
viscometer dengan cara
1)
Select spindle, maka viscometer akan mengidentifikasi jenis spindle yang digunakan. Jenis spindle
yang digunakan adalah S61.
2)
Memastikan waterpass pada viscometer sudah dalam keadaan center, hidupkan standby,
pastikan tampilan dial “nol”, dan mengatur kecepatan putaran spindle
dengan menekan tanda panah atas (up)
untuk menaikkan kecepatan putarannya dan
tanda panah bawah (down) untuk
mengurangi putarannya.
3)
Menurunkan spindle hingga tercelup pada cairan,
pindahkan switch pada posisi on & menjalankan
power motornya.
10.
Mengatur kecepatan putaran yang digunakan.
Ada dua perlakuan dalam percobaan ini, yaitu ketika kecepatan putaran (rpm)
naik, dan ketika kecepatan putaran turun. Untuk keduanya, rpm yang digunakan
adalah 10, 20, 50, dan 100 rpm.
11.
Menuangkan fluida pada wadah kecil.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel
1. Kekentalan Karaginan Rumput Laut Eucheuma
cottonii ketika Kecepatan Putaran Meningkat
RPM
NAIK
|
||
RPM
|
%
TORSI
|
VISKOSITAS
|
10
|
1,0
|
6,00
|
20
|
3,4
|
10,5
|
50
|
13,4
|
15,8
|
100
|
34,0
|
20,7
|
Sumber:
Data Primer 2014.
Tabel
2. Kekentalan Karaginan Rumput Laut Eucheuma
cottonii ketika Kecepatan Putaran Menurun
RPM
TURUN
|
||
RPM
|
%
TORSI
|
VISKOSITAS
|
100
|
34,4
|
20,6
|
50
|
14,0
|
16,7
|
20
|
4,5
|
13.,5
|
10
|
1,2
|
7,20
|
Sumber: Data Primer, 2014.
B.
Pembahasan
Pengukuran viskositas (kekentalan)
suatu bahan, dalam hal ini karaginan rumput laut Eucheuma cottonii, menggunakan Viscometer
Brookfield. Jenis spindle yang digunakan adalah S61 dan viskositas bahan
yang digunakan yaitu 3 %.
Terdapat
dua perlakuan pada percobaan ini, yaitu pada saat kecepatan putaran meningkat (rpm naik) dan saat kecepatan
putaran menurun (rpm turun). Jumlah putaran per menit yang digunakan dalam
percobaan ini adalah 10, 20, 50, dan 100 rpm.
Berdasarkan
hasil yang telah didapatkan, yaitu pada saat kecepatan rotasi 10 rpm, persen
torsi yang didapatkan adalah 1,0 % dan viskositas yang didapatkan adalah 6,00
Pa.s. Kecepatan rotasi 20, 50, dan 100, menghasilkan persen torsi yaitu
berturt-turut 3,4%, 13,4%, dan 34,0% dan nilai viskositas yang didapatkan yaitu
10,5 Pa.s, 15,8 Pa.s, dan 20,7 Pa.s.
Hasil
yang didapatkan ketika kecepatan putaran menurun, yaitu pada saat kecepatan
rotasi adalah 100 rpm, torsi yang terbaca 34,3% dan viskositas yang trukur
adalah 20,6 Pa.s, pada saat kecepatan rotasi 50 rpm, torsi yang terukur dalam
viskometer yaiu 14,0 % dengan viskositas 16,7 Pa.s. Saat 20 rpm, torsi yang terukur pada viscometer adalah 4,5 %
dengan viskositas 13,5 Pa.s, dan saat 10 rpm, persen torsi yang didapatkan 1,2
% dengan viskositas 7,20 Pa.s.
Torsi
menunjukkan persen terhadap
maksimum kecepatan rotasi dari spindle
sekaligus menunjukkan tegangan geser (shear
stress). Berdasarkan hasil yang telah didapatkan, setiap kenaikan rpm,
persen torsi dan nilai viskositas juga
meningkat. Sebaliknya, setiap penurunan rpm, persen torsi dan nilai viskositas
juga menurun.
Hal
ini menunjukkan hubungan antara tegangan geser (shear stress), kecepatan putaran, dan viskositas yang dihasilkan.
Sesuai dengan pendapat Sinko (2011) bahwa semakin besar viskositas suatu
cairan, makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser ) yang diperlukan
untuk menghasilkan suatu laju geser tertentu. Oleh sebab itu laju geser harus
berbanding langsung dengan tegangan geser.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan
yang terdapat dalam laporan ini adalah:
1.
Semakin besar viskositas suatu cairan,
makin besar pula gaya per satuan luas (tegangan geser ) yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu laju geser tertentu.
2. Semakin
tinggi nilai kecepatan putar (rpm), maka viskositas semakin besar.
5.2 Saran
Dalam
percobaan ini, perlu kehati-hatian pada saat memanaskan karagenan.
DAFTAR
PUSTAKA
R.,
Dadi, Sudaryanto dan dkk. Penuntun Praktikum Satuan Operasi Industri, 2007,
FTIP UNPAD
Anonim.
2010. Indeks Viskositas. http://id.wikipedia.org/wiki/Indeks_viskositas
diakses pada tanggal 15 Desember 2014 pukul 21.10.
Sinko,
Patrick J. 2011.Farmasi Fisika dan Ilmu
Farmasetika Martin Edisi 5. EGC: Jakarta.
Komentar
Posting Komentar